Monday, January 9, 2012

Chapter 1 - Hidup Adalah Pilihan

CHAPTER 1
Hidup Adalah Pilihan
"You have to believe in yourself."
Sun Tzu
Engga pernah gue kepikiran kerja di kapal pesiar, muka engga ganteng, pinter sedeng-sedeng, tinggi badan pas-pasan, sampe sekali waktu teman kuliah gue cerita , kalo kerja di kapal pesiar adalah tempat yang tepat untuk mendapatkan uang yang relatif cukup cepat dengan jumlah yang lumayan banyak, dibandingin dengan gaji kerja di daratan, apalagi dengan jam terbang (baca : pengalaman) ala kadarnya. misalnya dengan jabatan manager di sebuah perusahaan, kira-kira berapa lama untuk menduduki posisi tersebut? 2 – 5 tahun? Mungkin bisa juga lebih, apalagi kalau orang diatasnya ga lengser-lengser, tunggu deh sampe tua. walaupun ada yang bilang, jangan kejar uang tapi kejar jabatan karena duitnya juga ngikut. Tapi dengan bekerja di kapal pesiar menurut gue lebih instant, requirementnya at least 1-2 tahun pernah bekerja di restaurant / hotel udah bisa melewati kualifikasi dasar yang diminta (baca : udah siap mental Babu)
Apa yang gue mau sharing bukan terlepas dari kehidupan sebagai penumpang kapal tapi terkait erat untuk menciptakan kenyamanan bagi semua tamu di kapal, yaitu sebagai BABU ELIT, yup loe engga salah baca, kedengarannya kurang enak didengar tapi apa daya, itulah kami yang mengeruk Euro di negeri orang (kebetulan kapal pesiar yang gue “tumpangi” ini berkiblat ke Italia, kalo kiblatnya ke USA, pundi-pundinya pasti dollar Amerika). Biarlah apa kata orang, toch ini juga pekerjaan yang ELIT (asal bukan Ekonomo suLIT), karena kerja di kapal pesiar penghasilannya engga terlalu jelek, 1 bulan bisa mengantungi ±€1000-€1200 termasuk tips (tahun 2007, 1 Euro (€) = Rp 13.500,-). Basic salary (penghasilan dasar) pertama kali naik ke kapal emang engga terlalu besar €572. Tapi masih ada tambahan penghasilan lain dari service incentive, sama seperti service charge yang ada di hotel atau restoran, istilahnya penghargaan terhadap good service yang dikasih ke customer lah. Selain itu juga masih ada lagi sales commission (untuk jabatan waiter dan assistant waiter), kalo ini tergantung dari berapa banyak paket minuman yang gue jual, apalagi kalo jual paket wine, wiiih, tambah banyak dapetnya. Selain itu penghasilan tidak tertulis (Tips) yang besarannya bisa dibilang lumayan, “Sedikit-sedikit lama-lama jadi bukit”, gitu kata orang jaman dulu. Uang 1 Milyar aja, kalo kurang Rp 1,- ga bisa dibilang 1 M kan ?! Terlampir salah satu slip gaji gue sebagai barang bukti.

Tapi seiring berjalannya waktu dan tingkat jabatan yang diraih akan semakin meningkatkan pendapatannya. Buat waiter, setiap bulannya engga kurang dari €1500 - €1700, tergantung tips dari passenger juga sih.
Ya mungkin ada beberapa orang kurang setuju dengan istilah Babu Elit, tapi sebenernya sebutan ini lumrah terdengar untuk orang yang pernah bekerja di bidang perhotelan, ngaku ga ngaku its yours ;) Emang pendidikan yang kami alami mempersiapkan kita untuk industry seperti ini. Belum lagi kalau kita mendengar selentingan-selentingan di luar, bahkan BABUnya pun punya kasta, katanya kasta tertinggi dipegang pramugari/ra, mungkin karena diasumsikan pekerjaannya “cuma” jalan-jalan, gaji besar, tenaga yang dikeluarkan juga kelihatannya tidak terlalu berat , kelihatannya loh...Gue engga bisa bercerita banyak karena emang belum pernah coba.

“You may be disappointed if you fail, but you are doomed if you don't try.”
-Beverly Sills-
Tapi walaupun kita nge-Babu di luar negeri mendulang dollar / Euro, kita sebenarnya merupakan pahlawan devisa bagi Negara dan bukan berarti Sekolah bidang Pariwisata cuma bisa jadi Babu, justru di bidang inilah kita jadi banyak belajar, membuka visi secara global, menempa fisik dan mental, serta membentuk karakter, bahkan banyak yang sukses di berbagai bidang dari business owner ataupun director diperusahaan Multinasional.
Sekedar informasi perbedaan pendidikan S1, D3 dan D4 (menurut pengamatan gue loh selaku lulusan D4 dan kepo-kepo liat mata kuliah anak D3 & D1, dibandingin sama adik atau kakak gue yang S1)
Pendidikan S1 (90% Teori , 10% Praktek)
Mereka adalah orang-orang yang melakukan sesuatu berlandaskan teori yang lebih menekankan analisa, yang mungkin juga untuk melakukan riset kedepannya, dimana praktek lebih berdasarkan pengamatan ataupun kerja paruh waktu di perusahaan sambil kuliah.
Pendidikan D4 (60% Teori , 40% Praktek)
Jurusan D4 memang dipersiapkan untuk lebih ke arah managerial dengan tetap mengerti konsep dasar dalam melakukan praktek.
Yang kalo lulus dapetnya gelar S.ST = Sarjana Sains Terapan, mungkin segala macem ilmu yang di dapet di bangku kuliah bisa diterapin dimana aja kali ya, kadang ada juga yang bilang Sarjana Sok Tau >.< atau emang tahu segala macem ;)
Pendidikan D3 (40% Teori , 60% Praktek)
Dasar landasan sebelum melanjutkan pendidikan ke D4 / S1, dimana mata kuliah lebih banyak melakukan praktek karena lebih banyak terlibat dengan kegiatan operasional, dimana kemampuan managerial sebagai pendukung.
Pendidikan D1 (10% Teori, 90% Praktek)
Mungkin bisa dikatakan pendidikan ini lebih diarahkan untuk tenaga siap kerja yang sudah difokuskan pada kebutuhan industry. Jadi tidak melalui teori yang terlalu bertele-tele. Hmm, ada bagusnya juga sih engga NATO (Not Action Talk Only).
Tergoda juga dengan instant money………Apa salahnya dicoba?
Pilih tetep kerja kantoran atau coba kerja di kapal?............................................
Gue coba ngomongin ide ini ke orang tua gue, Big No No is the answer, engga ada yang setuju pada awalnya, “ngapain jadi Babu di kapal?” Dapat berapa duit sih disana? *orang tua gue bukan orang kaya tapi mereka udah pasti engga bakalan ngerjain kerjaan yang resikonya tinggi :( . Mulailah alasan dengan berbagai misal : kalo kapalnya tenggelam? Kalo ga betah bisa pulang ga? Kalo kena accident disana gimana? Ada resiko bisa jatuh ke laut ga? Kalo lagi turun ke daratan bisa ketinggalan ga? Dan berbagai misal yang lain……yang mungkin bisa ngabisin 2 halaman. Setelah negosiasi yang alot, dengan 1001 alasan dan penjelasan. Akhirnya dengan berat hati orang tua gue ngijinin juga sih (soalnya biar engga dikasih gue tetep mau kerja di kapal sih) à yang ini jangan di tiru !!!
Dari keputusan itu, mulailah gue cari informasi, gimana sih caranya supaya bisa kerja di kapal pesiar. Dari situ mulai ‘ngeh’ dengan gosip-gosip untuk bisa bekerja disana. Mulai dari calo yang bilang bisa mengatur supaya bisa listing nama di kapal pesiar sampai istilah koneksi orang dalam yang engga jelas pertanggungjawabannya , dan yang di minta bukan jumlah yang sedikit, $2000 pembayaran dimuka, kalo orangnya lari mo cari siapa coba? Sekarang keadaan sudah lebih baik karena biasanya Perusahaan kapal pesiar akan menunjuk perwakilan agent untuk mengatur human resource yang akan direkrut dari negara setempat, di Indonesia aja udah tersebar di Jakarta, Bali , Yogyakarta.
Pucuk di cinta , ulam pun tiba……Koran Kompas hari sabtu biasanya nayangin iklan lowongan pekerjaan. Di sana gue ngeliat ada 1 perusahaan kapal pesiar Italia lagi proses perekrutan crew melalui perusahaan pelayaran Philipines yang kantor perwakilannya ada di Jakarta, posisi yang waktu itu di buka ada beberapa lowongan, tapi yang cocok sama back ground gue cuma di departmen restoran.
Besoknya gue coba kirim lamaran, sekitar 1-2 hari gue di telepon untuk interview dan di minta bawa dokumen yang asli untuk di periksa kelengkapan dan kebenarannya *Alias ga palsu (banyak yang buat ijasah asli tapi palsu), makanya pihak institusi mulai menerapkan System Hologram dan Sinar UV untuk mengidentifikasi keaslian ijasah.
Model saringannya ada 5 tahap :
1. Saringan paling kasar, berdasarkan umur, tinggi dan berat badan, ada ketentuan umur,. Mungkin supaya yang kerja di jamin “mesin”nya masih bagus buat kerja kali ya (Untung umur gue pas-pasan =P), ketentuan untuk tinggi badan, karena dikapal ada sekat-sekat (cubicle) dengan tinggi tertentu, jadi kalo orangnya terlalu pendek engga keliatan kalo lewat di pembatas ruangan kerja station di restaurant atau mungkin ada pertimbangan safety yang lain. Kalo berat badan mungkin lebih ke arah ideal tinggi dan berat badan secara propotional. So, sometimes ada orang yang bilang, “kerja mo jadi kuli aja repot, emangnya mo cari peragawan / peragawati?” baru dilanjutin dengan pemeriksaan dokumen asli
2. Panggilan Interview oleh General Manager yang in-charge di kantor perwakilan agen. Bagian yang ini seperti layaknya orang interview cari kerja. Pertanyaan seputar family background, job experience, alasan mau kerja di kapal, dll, dsb, dst, dkk. Bagian yang ini pretty simple, intinya gimana caranya “menjual diri”
*) Jangan berbohong untuk pengalaman kerja karena pihak Outsources akan melakukan cross check dengan tempat kita bekerja sebelumnya, untuk mencocokan data apakah sesuai dengan yang kita nyatakan / tidak. Kalau tidak sesuai…….bye-bye impian loe bekerja di kapal
3. Test Inggris / Marlin Test, untuk sebagian orang ini bagian penyaringan yang lumayan deg degan , apalagi kalo bahasa inggrisnya pas-pasan. Test yang ini juga bikin deg-degan karena ini pake bayar Rp150.000. Jadi kalo gagal, boleh ngulang asal mo bayar lagi.
4. Last Interview dengan Enduser. Masa penantian yang ini cukup lama karena musti nunggu Restaurant manager / Maitre ‘d dateng ke Indonesia. Berhubung perusahaan Italia, jadi interviewnya dengan orang Italia. Ya kurang lebih sama lah seperti mekanisme interview sebelumnya. Pertanyaan yang paling mematikan, “So many candidates here, why I should choose you?” tapi karena udah punya paradigam yang pertama, jual dirilah setinggi-tingginya, tapi bukan jual omong kosong ya. Tunjukin prestasi dan faktor-faktor yang bisa dibanggakan.
5. Bagian yang ini juga pake duit lagi nih, kerja di kapal ada standard safety yang harus diikutin, jadi musti ada training safety. Lumayan keluar duitnya Rp 1,5 juta untuk 4 hari (teori dan praktek), meliputi : fire fighting, Safety, Emergency, CPR. Pokoknya tetek dan bengek yang perlu diketahui untuk bertahan hidup.
6. Dasar-dasar kualifikasi udah lewat, tapikan secara skill masih belum, makanya dikirim training ke Philipine 1 bulan. Belajar semua hal dasar yang akan dipake di kapal :
Teori : Bahasa Italia, Jenis service, Jenis Table Set up, Jenis makanan (jamur, sayuran, daging, ikan, buah)
Praktek : taking order, food service, wine service, portioning food, clear up, folding napkin, skirting.
dan yang paling amazing, bawa 12 piring dalam 1 tray (gue engga pernah kebayang bakalan ngangkat piring sebanyak itu sih)
7. Selesai dengan semua itu , masih ada 1 test lagi , yaitu test kesehatan, ini juga bayar sendiri tapi nanti dikembalikan setelah diterima bekerja di kapal. Kalau yang ini sudah ok, tinggal tunggu panggilan telepon yang menginformasikan, kemana kita akan “membabu”, di Asia, America atau Europe. Setelah udah tamu mau ngerumput dimana, baru ngumpulin passport ke agent untuk proses pegurusan visa (biaya ditanggung agen).
Kebetulan gue kebagian jurusan Mediteranian sea. 1 hal yang paling mengejutkan buat gue sebagai 1stcontract, koq gue di kirim ke armada yang paling baru, dan PALING BESAR ditahun 2007 -_- . Dengan panjang 292 m, beam 35 m dan berat kosong 112.000 ton, Costa Concordia mampu berlayar dengan kecepatan maximum 21.1 knot. Kapal ini mempunyai 12 deck penumpang yang dapat menampung sebanyak 3760 tamu dan 1100 staff. Dengan jumlah 1500 cabin, di dalamnya terdapat fasilitas-fasilitas lengkap, contohnya 4 kolam renang, 5 open-air jaccuzis. 2 bioskop, perpustakaan, theatre, 2 taman terbuka, spa centre, beauty salon dan bermacam macam sarana olahraga.Bisa loe cek data lengkapnya di : www.costacruise.com
Posisi yang gue lamar sebagai Snack Steward, adalah posisi terendah di department restaurant di kapal, lingkup kerjanya di area buffet tapi training yang dikasih kerjaan untuk assistant waiter.
2 minggu sebelum gue berangkat, gue sempat ketemu dengan kakak kelas yang sempat bekerja di perusahaan kapal pesiar yang sama tapi kapal yang berbeda, dari versi ceritanya yang menurut gue agak engga jelas, pesan sponsor cuma 2 : tidur yang cukup dan go to gym. Saat itu juga terlintas dibenak gue “Hmmm….is it that hard?” Tapi karena udah tergiur sama pendapatan yang akan didapat, pasang badan ajalah, seengganya untuk beberapa tahun ke depan, ngumpulin modal buat buka usaha (walaupun saat itu juga belum tau apa yang mau usaha apa).
Time goes by, sudah waktunya berangkat …………
Back to School
Metode akupressure untuk menyadarkan orang pingsan
Berhubung gue pernah belajar akupunktur, gue share titik yang kepake kalo lagi ke 'pepet' nih. Kan tadi diatas, gue ada bahas soal emergency training, di Chinese Traditional Medicine juga ada diajarin loh, di akupuntur ada titik yang dipake untuk nyadarin orang pingsan tapi kalo akupuntur kan pake jarum. Supaya praktis dan aman, kita pake acupressure ya, tinggal diteken-teken aja. Nama titiknya ShuiGou / RenZhong (GV-26 / GOVERNING VESSEL) dan secara tradisional dipake untuk pertolongan pertama karena sangat efektif mengembalikan kesadaran orang pingsan.
Untuk self-aplication keseharian, titik ini bisa dipake kalo lagi ngantuk waktu nyetir , bisa jadi lebih fresh dan fokus, caranya bisa diteken pake ujung jari, atau untuk peningkatan efektivitas, dengan ujung kuku. Letak GV-26 di antara bibir atas dan hidung, sekitar sepertiga dari jalan turun dari bawah hidung loe.
Fire Extinguisher
Kebakaran bisa terjadi kapan dan dimana aja, gue coba sharing yang pernah gue dapat waktu training ya, sifatnya cuma petunjuk praktis tapi mudah-mudah berguna.
Di tempat-tempat umum biasanya ada Alat Pemadam Api Ringan (APAR), tapi kan engga semua orang tau cara pakenya, begini sih cara gampang ngingetnya PASS.
Pull the pin or release any other locking device
Aim low, pointing the extinguisher nozzle at the base of the fire
Squeeze the handle to release the extinguishing agent
Sweep from side to side at the base of the fire until the fire is extinguished
Tapi inget, APAR cuma buat api kecil doang loh, dan kalo APAR udah pernah di pake musti diisi ulang lagi. Kalo loe ada APAR di rumah, jangan lupa buat ngajarin orang rumah gimana cara pakenya dan cek expired datenya.
Selain loe musti tau cara pakenya, loe juga musti tau jenis-jenisnya apa aja, kalo salah pake bisa bahaya, datanya gue ambil dari web fire dept. Australia tapi standardnya udah internasional, sengaja engga diperjemahin supaya pengertiannya engga jadi salah kaprah. Gue juga bukan expert tapi yang penting tau, yang bisa dipake sehari-hari aja.

No comments:

Post a Comment